Kamis, 08 Maret 2012

DASAR-DASAR PEMOGRAMAN MESIN CNC

DASAR-DASAR PEMOGRAMAN MESIN CNC
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang programmer sebelum
menggunakan mesin CNC, pertama mengenal beberapa sistem koordinat yang ada
pada mesin CNC, yaitu: (a) sistem koodinat kartesius, yang terdiri dari koordinat mutlak

(absolut) dan koordinat relatif (inkremental), dan (b) sistem koordinat kutub (koordinat
polar), yang terdiri dari koordinat mutlak (absolut) dan koordinat relatif (inkremental).
Selanjutnya menentukan system koordinat yang akan digunakan dalam pemograman.
Apakah program akan menggunakan sistem pemogramman metode absolut atau
inkremental. Pada umumnya sistem koordinat yang sering digunakan antara lain sistem
koordinat kartesius, yaitu koordinat mutlak (absolut) dan koordinat relatif/berantai
(incremental). Langkah kedua adalah memahami prinsip gerakan sumbu utama dalam
mesin CNC.


2.1 Pemrograman Absolut
Pemrograman absolut adalah pemrogramman yang dalam menentukan titik
koordinatnya selalu mengacu pada titik nol benda kerja. Kedudukan titik dalam benda
kerja selalu berawal dari titik nol sebagai acuan pengukurannya. Sebagai titik referensi
benda kerja letak titik nol sendiri ditentukan berdasarkan bentuk benda kerja dan
keefektifan program yang akan dibuat. Penentuan titik nol mengacu pada titik nol benda
kerja (TMB). Pada pemrogramman benda kerja yang rumit, melalui kode G tertentu titik
nol benda kerja (TMB) bisa dipindah sesuai kebutuhan untuk memudahkan
pemrogramman dan untuk menghindari kesalahan pengukuran.
Pemrogramman absolut dikenal juga dengan sistem pemrogramman mutlak,
di mana pergerakan alat potong mengacu pada titik nol benda kerja. Kelebihan dari
sistem ini bila terjadi kesalahan pemrogramman hanya berdampak pada titik yang
bersangkutan, sehingga lebih mudah dalam melakukan koreksi. Berikut ini contoh
pengukuran dengan menggunakan metode absolut.
Y
C
A B
Titik Koordinat Absolut
(X , Y)
A B C
(1, 1)
(5, 1 )
(3, 3 )
Gambar 3. Pengukuran dengan Metode Absolut


2.2 Pemrogramman Relatif (inkremental)
Pemrogramman inkremental adalah pemrogramman yang pengukuran
lintasannya selalu mengacu pada titik akhir dari suatu lintasan. Titik akhir suatu lintasan
merupakan titik awal untuk pengukuran lintasan berikutnya atau penentuan
koordinatmya berdasarkan pada perubahan panjang pada sumbu X (.X) dan perubahan
X
6
panjang lintasan sumbu Y (.Y). Titik nol benda kerja mengacu pada titik nol sebagai titik
referensi awal, letak titik nol benda kerja ditentukan berdasarkan bentuk benda kerja dan
keefektifan program yang akan dibuatnya. Penentuan titik koordinat berikutnya mengacu
pada titik akhir suatu lintasan.
Sistem pemrogramman inkremental dikenal juga dengan sistem pemrogramman
berantai atau relative koordinat. Penentuan pergerakan alat potong dari titik satu ke titik
berikutnya mengacu pada titik pemberhentian terakhir alat potong. Penentuan titik
setahap demi setahap. Kelemahan dari sistem pemrogramman ini, bila terjadi kesalahan
dalam penentuan titik koordinat, penyimpangannya akan semakin besar. Berikut ini
contoh dari pengukuran inkremental.
Y C
A B
Titik Koordinat Inkremental
(.X , .Y)
A B C
( 1 , 1 )
( 4 , 1 )
( -2 , 2 )
Gambar 4. Pengukuran metode inkremental


2.3 Pemrogramman Polar
Pemrogramman polar terdiri dari polar absolut mengacu pada panjang lintasan
dan besarnya sudut (@ L, á) dan polar inkremental mengacu pada panjang
lintasan dan besarnya perubahan sudut (@ L, . á).
X
7
Y C
A B
Polar Koordinat Absolut:
(@ L , á)
Polar Koordinat Inkremental
(@ L , .á)
B (5, 0o) ,
C (2V2, 135 o )
A (2V2, 225 o )
B (5, 0o) ,
C (2V2, 135 o )
A (2V2, 270 o )
Gambar 5. Pengukuran metode inkremental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar